Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2012

Majalah Sayur, Jendelaku

Penulis, siapakah dia? Begitulah kalimat yang terlukis dalam pikiranku ketika aku kelas lima SD. Sebuah kata yang asing bagiku, terlebih kedua orang tuaku tak pernah tau juga siapakah penulis itu. Ketka ibuku pergi berbelanja ke sebuah toko kelontong yang   berjarak lima rumah dari rumahku aku pun selalu membuntut dibelakang beliau. Sebenarnya yang aku cari bukanlah sebungkus permen atau roti melainkan koran dan atau majalah bekas yang berisikan cerita – cerita.   Sembari memperhatikan ibu berbelanja keperluan esok aku kais tumpukan kertas pembungkus yang berasal dari aneka majalh bekas itu. Tak jarang aku menemuka cerita anak yang bagus dari beberapa majalah.   Lalu, seketika aku meminta yu Jiyah, penjual toko kelontong itu untuk membungkus belanjaan ibu dengan kertas pilihanku.   Sesampainya dirumah segera aku ambil kembali kertas itu dan aku baca isinya. Tak hanya sekedar aku baca begitu saja, selalu aku tuliskan kembali cerita yang aku baca itu paa sebuah buku kecil racikanku sen

Karena Engkau Adalah Ibu

Kutuliskan sejuta kata cinta untukmu ibu Sebagai tanda terima kasihku kepadamu Kau berjuang besarkanku berikan semua yang terbaik untukku tapi   tak bisa ku bayar setiap tetes air   susumu yang kini menegakkan tulang – tulangku Tangis malamku yang menggelayut ditelingamu Membuatmu terbangun dan membelaiku Dingin hujan yang merasuk kulitku Membuatmu rela melepas selimutmu Nyeri lapar perutmu kau biarkan demi diriku Ahh... selalu saja luka dan lara yang aku katakan padamu Menggores lembut hatimu Membekas keras didada Setiap waktu Ibu........ Bayi yang dulu engkau timang manja Berangsur meninggalkanmu sendiri Tawa dan tangis yang merdu Berangsur pudar dan lari Demikian tak menghentikan kasihmu Setiap malam di setiap sujudmu Kau titipkan salam cinta dan belaimu lewat Tuhan Tanpa luka tanpa lara “Karena aku adalah Ibu” Itulah alasanmu. Bagaimana aku bisa membalas semua kasihmu Bukan harta, bukan tahta yag kau inginkan “Karena aku adalah ibu Tiada balasan yang ku inginkan” Begitulah tutu

Hantu BAng toyib

Sabtu malem, malem minggu musti pulang telat gara – gara ulang tahun sekolah seminggu lagi. Begini nih, resiko jadi anak OSIS hampir tiap ada acara pasti pulang malam,mana arah rumahku sepi, sendirian lagi. Jam  lima lima puluh menit, dering ponselku tak bosan berdering. Berkali – kali, ibuku telepon, pulang jam berapa? Pulang jam berapa? Sudah pulang belum? Kapan pulangnya nduk? Ya, memang beginilah, resiko jadi putri bungsu. Sebenarnya bukan hanya itu saja, perjalanan dari sekolah samapai ke ruamah memerlukan waktu tiga puluh menit laju motor kecepatan 60 km / jam dan harus melewati beberapa hektar persawahan kemudian pasar kecamatan yang cukup ramai lalu, kebun tebu, kuburan dan persawahan lagi. Maklumlah, aku ini orang pelosok yang mengadu nasib, meraih mimpi di kota pinggiran. “Eh, kamu ngrasa dikit yang aneh dengan ruang OSIS kita nggak sih guys?”  tanya Agus, di sela – sela makan sore di samping masjid. “Maksud kamu apaan gus,”tanya

Revitalisasi Pemuda sebagai Agent of Change dalam Era Digital

Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Saya kira kita semua tak asing dengan pernyataan ini. Selain itu adanya sebuah pernyataan bahwa masa depan terletak di genggaman para pemuda. Artinya, baik buruknya suatu umat di masa datang di tentukan oleh baik buruknya pemuda di masa kini. Hal tersebutlah yang menjadi barometer dan standarisasi dalam pembinaan dan mendidik generasi muda untuk melanjutkan estafet perjuangan. Bahkan Soekarno, Proklamator ulung Indonesia pun pernah berujar,”Beri aku sepuluh pemuda maka akan aku taklukan dunia” Pemuda merupakan pilar kebangkitan umat. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya. Dengan demikian, sungguh banyak kewajiban seorang pemuda, tanggung jawab, dan semakin berlipat hak-hak umat yang harus ditunaikan. Pemuda dituntut untuk berfikir panjang, banyak bergerak dan bekerja serta bijak dalam menentukan sikap, dan yang paling ut

Penulis, Selebritis Pengubah Dunia

Taukah kawan berapa banyak jumlah usia produktif di Indonesia kali ini? Tentu sebagian besar dari mereka mempunyai impian dan cita – cita yang mereka dambakan. Mulai dari menjadi dokter, guru hingga menjadi selebritis. Berdasarkan pengamatan dan beberapa surve yang saya lakukan pada beberapa orang dekat saya, kebanyakan dari mereka memimpikan dirinya untuk menjadi seorang aktris, aktor, model sampai penyanyi. Berbagai macam kontes dan casting selalu mereka ikuti, konon untuk meraih mimpi mereka menjadi selebritis. Bagi yang lolos sudah pasti girangnya minta ampun nah, bagi yang belum lolos mereka anggap sebagai ujian kesuksesan mereka. Bahkan, berbagai macam kursus modeling, vokal atau akting mati –matian mereka jalani. Mereka yang punya berat badan berlebih pun rela menurunkannya demi sebuah peran sandiwara, mereka yang punya kulit gelap rela melakukan perawatan sampai wajah bercak merah terkena bahan kimia. Sebenarnya alasan mereka tidak muluk