Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Saya kira kita semua tak asing dengan pernyataan ini. Selain itu adanya sebuah pernyataan bahwa masa depan terletak di genggaman para pemuda. Artinya, baik buruknya suatu umat di masa datang di tentukan oleh baik buruknya pemuda di masa kini. Hal tersebutlah yang menjadi barometer dan standarisasi dalam pembinaan dan mendidik generasi muda untuk melanjutkan estafet perjuangan. Bahkan Soekarno, Proklamator ulung Indonesia pun pernah berujar,”Beri aku sepuluh pemuda maka akan aku taklukan dunia”
Pemuda merupakan pilar kebangkitan umat. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya. Dengan demikian, sungguh banyak kewajiban seorang pemuda, tanggung jawab, dan semakin berlipat hak-hak umat yang harus ditunaikan. Pemuda dituntut untuk berfikir panjang, banyak bergerak dan bekerja serta bijak dalam menentukan sikap, dan yang paling utama adalah maju untuk menjadi penyelamat dan hendaknya mampu menunaikan hak-hak umat dengan baik. Dengan kata lain, pemuda sesungguhnya dituntut untuk mendidik dirinya menjadi pemuda yang memiliki jiwa-jiwa pemimpin.
Muara akhir dari seorang pemuda adalah menjadi pemimpin. Pemimpin dalam satu negara, ibarat kepala bagi tubuh. Inilah yang menentukan seluruh tujuan dan disini pulalah tempat berkumpulnya segala macam informasi. Pemimpin bertugas memikirkan, dan mengkaji setiap masalah yang dihadapi oleh apa yang telah ia pimpin. Pemimpin juga merupakan lambang kekuatan, persatuan, keutuhan dan disiplin shaff.
“Pemimpin yang baik adalah yang mampu membantu memecahkan kesulitan mereka yang dipimpin serta mempersiapkan calon atau kader pemimpin yang nanti akan menggantikannya.”
Disinilah pemimpin diharapkan mampu melakuakan perubahan baik bagi dirinya maupun orang lain dan yang dipimpinnya menuju kearah kebaikan.
Berbagai kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar peristiwa yang telah lalu banyak dipengaruhi oleh mereka yang tergolong pemuda. Hampir seluruh gerakan di dunia, sejak zaman purba hingga zaman satelit ini, pemuda memiliki peran yang cukup signifikan. Bahkan ketika Islam mencetuskan gerakan dakwahnya belasan abad yang silam. Kepemimpinan itu telah ada dari zaman Rasulullah Saw hingga kini.
Sebagai salah satu acuan pada zaman tabi’ut tabi’in. Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu contoh sosok pemuda yang berhasil dalam memimpin di masanya.
Sosok Umar bin Abdul Aziz menghadirkan pribadi yang sungguh luarbiasa. Hal itu dapat terlihat dari kesucian jiwanya dan keagungan jejak hidupnya. Walaupun Umar bin Abdul Aziz tidak hidup pada masa diturunkannya wahyu namun ia mencoba mamindahkan masa wahyu itu kepada masanya, yaitu masa-masa yang penuh dengan kegelapan, penindasan dan diwarnai oleh fanatisme yang membabi buta.
Pada masa itu, Umar bin Abdul Aziz mampu merubah tradisi Daulat Bani Umayyah yang rendah yang telah berlalu selama 60 tahun, menjadi masa pemerintahan yang indah, baik, adil, dan sejahtera yang mirip dengan masa Rasulullah Saw.
Dalam hal tersebut yang ia habiskan hanya memakan waktu dua tahun lima bulan dan beberapa hari saja. Keistimewaan dirinya inilah membuat Umar bin Abdul Aziz dan sejarah perjuangannya lebih mirip legenda daripada fakta.
Umar bin Abdul Aziz menerima kekuasaan sebagai khalifah dikala ia masih muda. Saat itu usianya belum mencapai 35 tahun. Suasana yang ditemui Umar bin Abdul Aziz diawal kekhalifahannya telah memaksanya untuk menumpahkan perhatian yang lebih besar terhadap hak-hak manusia. Figur pemimpin seperti inilah yang layak direvitalisasi kembali dengan baik dan benar khususnya bagi kaum muda, karena merekalah yang akan menjadi teladan konkrit.
Dalam Era digital seperti ini sekarang ini, apakah sulit menemukan figur pemimpin seperti halnya Umar bin Abdul Aziz? Tentunya hanya mereka para pemudalah yang dapat menjawab pertanyaan ini. Kalau kita berkaca antara masa khalifah Umar dengan sekarang hanya berbeda sedikit saja. Selain adanya perbedaan kecanggihan internet juga ada sedikit perbedaan yang jarang disadari yakni pada masa khalifah Umar para pemuda – pemuda di jamannya sedikit - sedikit berfikir sedangkan di jaman sekarang ini, sedikit berfikir tapi sedikit – sedikit mengeluh. Akankah kita akan mewujudkan kejayaan Indonesia jika tidak ada motivasi,pemikiran dan perubahan yang dijalankan oleh para pemuda?
Jaman sudah digital, semua akses di belahan bumi manapun akan semakin mudah dibuka hanya dengan sekali tekan. Semua ini bagaikan pedang bermata dua. Dalam hal ini hanya ada dua kemungkinan, apakah kita bisa memanfaatkan kedigitalan ini sebagai pedang untuk menciptakan perubahan yang lebih baik untuk bumi ini ataukah pedang ini justru akan mendorong kita dalam gelombang perang pemikiran yang semakin jelas di rasakan tapi semakin maya untuk di amati. Kalau kita mau, banyak hal yang dapat kita lakukan dalam dunia digital. Ketika pikiran kita teracuni oleh informasi dan aplikasi digital atau apa saja hal – hal yang bersifat racun maka, sebagai Digital agent’s kita harus bisa menawarkan racun itu dengan peran dan informasi yang positi. Semuanya adalah pilihan, memanfaatkan atau di manfaatkan adalah pilihan yang harus di pilih. Setiap manusia, setiap kita, dan setiap pemuda memiliki kecenderungan untuk meraih sebuah kemenangan. Dan kemenangan itulah merupakan suatu agenda besar yang dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat.
Upaya dalam meraih kemenangan itu hendaknya dilakukan dengan terus menerus dan tidak boleh berhenti meski telah memperolehnya. Dalam meraih sebuah kemenangan tersebut hendaknya setiap orang melakukan perubahan. Perubahan yang dikehendaki, bukan sekedar merubah nama atau bentuk lahir suatu masyarakat, namun merubah suatu realita baru termasuk di dalamnya prinsip-prinsip berbudi pekerti, pemikiran, moral, hukum, budaya, yang mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia. Inilah tanggung jawab pemuda sebagai agent of change
Mari, sebagai pemuda – pemuda yang peduli terhadap bangsa, peduli akan adanya perubahan yang lebih baik kita siapkan diri kita menjadi agen perubahan. Perubahan yang seperti apa? Dalam perspektif negara Indonesia, para foundhing fathers telah menetapkan, bahwa perubahan yang harus terjadi adalah terwujudnya kemerdekaan, kebersamaan, ketuhanan yang Maha Esa, krmanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kedaulatan rakyat, dan yang terakhir adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana termaktub dalam konstitusi negara kita. Sebuah cita-cita besar dari sebuah perubahan.
Digitalisasi merupakan wahana kita untuk untuk mewujudkannya. Jika Umar tanpa alat digital saja mampu melakukan suatu perubahan besar, maka malu kita sebagai pemuda – pemuda masa kini dengan kemudahan digital tapi tak ada wujud yang konkret. Perubahan yang diinginkan oleh seluruh masyarakat khususnya rakyat Indonesia belum dapat diwujudkan. Keinginan mendapatkan perubahan tetap terus bersemayam di dalam dada setiap pejuang perubahan hingga kini. Mereka masih terus menuntut, bergerak, berjuang dan melawan hingga tercapainya perubahan menuju kehidupan yang lebih baik. Mari bersama menyatukan asa untuk mewujudkannya.
Comments
Post a Comment
Tulis Komentar disini