Penulis, siapakah dia? Begitulah kalimat yang terlukis dalam pikiranku ketika aku kelas lima SD. Sebuah kata yang asing bagiku, terlebih kedua orang tuaku tak pernah tau juga siapakah penulis itu. Ketka ibuku pergi berbelanja ke sebuah toko kelontong yang berjarak lima rumah dari rumahku aku pun selalu membuntut dibelakang beliau. Sebenarnya yang aku cari bukanlah sebungkus permen atau roti melainkan koran dan atau majalah bekas yang berisikan cerita – cerita. Sembari memperhatikan ibu berbelanja keperluan esok aku kais tumpukan kertas pembungkus yang berasal dari aneka majalh bekas itu. Tak jarang aku menemuka cerita anak yang bagus dari beberapa majalah. Lalu, seketika aku meminta yu Jiyah, penjual toko kelontong itu untuk membungkus belanjaan ibu dengan kertas pilihanku.
Sesampainya dirumah segera aku ambil kembali kertas itu dan aku baca isinya. Tak hanya sekedar aku baca begitu saja, selalu aku tuliskan kembali cerita yang aku baca itu paa sebuah buku kecil racikanku sendiri yaitu potongan kertas bersih yang ku rajut mirip sebuah notebook. Lama – kelamaan cerita – cerita yang aku tulis hampir memenuhi buku kecil itu. Kemudian, aku begitu menyukainya. Suatu saat aku akan menuliskan cerita – ceritaku sampai penuh dan sekarang aku menyadarinya menulis adalah impianku.
Comments
Post a Comment
Tulis Komentar disini