Analisis Teori Strategi Aliansi dengan Kasus Keberlanjutan Perang Coca Cola dan Pepsi pada 2006

Sebagai perusahaan yang telah going global tentuya coca cola menerapkan strategi yang konstruktif untuk menjadi market leader. Apalagi minuman cola sebelumnya telah diperkenalkan di pasar oleh Pepsi dimana telah ditemukan resep rahasianya sejak 1893. Seiring dengan perkembangan pasar cola di Amerika yang menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat Amerika terhadap CSD (Carbonate Soft Drink) meningkat pesat sebanyak 12,4% di tahun 1970 menjadi 28,7% di tahun 2004 , mulailah persaingan antara coca cola dan Pepsi untuk merebut pasar di Amerika bahkan diseluruh dunia. Persaingan ini terjadi menyeluruh mulai dari variasi rasa, packaging, hingga memunculkan brand brand baru.

Pada tahun 2001, Coca Cola telah berencana melakukan joint venture dengan P&G untuk mengembangkan pasar colanya. Hal ini menjadikan Pepsi melakukan ekspansi pasar dengan menerapkan strategi lain yakni memunculkan produk Quaker Oats sebagai diferensiasi. Namun, pada akhirnya coca colalah yang lebih berhasil menguasai pasar. Keputusan coca cola untuk melakukan joint venture menurut saya merupakan keputusan yang tepat. Melihat riset yang telah dilakukannya terhadap produk minuman yang akan dipasarkan. Coca cola optimis bahwa cola akan menjadi minuman dunia yang akan diminati oleh banyak orang. Untuk itu, mereka mulai melakukan ekspansi pasar ke cina dan India untuk mendirikan pabrik minuman tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengurangi ongkos produksi dari sisi tenaga kerja dan bahan baku. Ternyata strategi tersebut cukup menguntungkan bagi coca cola karena biaya distribusi dapat ditekan dengan mendirikan pabrik diarea yang letaknya cukup dekat dengan wilayah distribusi. Selanjutnya, dalam perkembangannya tidak hanya di kedua negara itu bahkan di Indonesia pun sudah terdapat pabrik coca cola.

Meskipun demikian, kontrol terhadap teknologi pada pabrik – pabrik yang didirikan di negara – negara yang menjadi negara joint venture masih kurang. Hal ini harus disiasati dengan adanya quality cntro di setiap pabrik joint venture. Hal yang menarik adalah analisa coca cola terhadap kondisi politik dan ekonomi negara yang menjadi tujuan joint venturenya. Coca cola memilih negara berkembang dimana upah tenaga kerjanya masih rendah kemudian jumlah penduduk yang cukup besar membuat mereka mempunyai kebutuhan SDM yang cukup serta memiliki kemungkinan konsumsi yang tinggi. Selain itu dari sisi keadaan politik, pertimbangan yang dilakukan oleh coca cola merupakan pertimbangan jangka panjang mengenai kondisi dan karakteristik bangsa tersebut.

Dengan melakukan strategi aliansi berupa joint venture, ternyata menjadikan market share coca cola menduduki peringkat tertinggi dibandingkan produk minuman lain. Dalam kategori minuman CSD, coca cola telah berhasil mengoptimalkan market share jika dibandingkan dengan pepsi. Pepsi yang memulai bisnisnya sejak tahun 1966 mulai tergeser dengan kehadiran coca cola pada tahun 1985. Hal ini ditunjukkan dengan perkembangan market share coca cola yang diawali dengan market share sebesar 5,2% di tahun 1985 kini di tahun 2004 market sharenya meningkat hingga 17,9%. Hal ini merupakan posisi kebalikan dari Pepsi dimana di tahun 1966 market sharenya yang telah mencapai 16,1% menurun hingga 11,5% di tahun 2004. Perkembangan pasar ini menjadikan coke yang merupakan salah satu produk coca cola menjadi megabrand di tahun 2000 dan 2004.

Sebuah tulisan di advertising age pada 25 juni 2005 yang menuliskan artekel yang berjudul “Special Report: 100 Leading National Advertisers,” menyebutkan bahwa coca cola merupakan brand dengan market share tertinggi namun, dilihat dari dana yang dihabiskan untuk melakukan iklan tidak terlampau besar. Share point dari brand ini cukup bagus di tahun 2004 ditingkat 10,523 point. Hal ini menunjukkan bahwa coca cola telah dikenal oleh masyarakat dunia bahkan tanpa harus mengiklankannya sekalipun coca cola memiliki pangsa pasar tersendiri.

Dengan demikian, sebagai perusahaan global, coca cola telah melakukan strategi aliansi yang tepat dan mampu menjadi market leader meskipun coca cola dapat dikatakan sebagai pemain pasar yang baru di dunia cola. Hal terpenting dalam melakukan strategi aliansi adalah seberapa besar kita menilai kekuatan produk dan seberapa besar kita menganalisa pasar pesaing kita yang memiliki produk yang sejenis maupun tidak sejenis. Analisa ini sangat penting untuk menentukan strategi konstruktif mengembangkan bisnis utamanya di dunia global serta merupakan hal yang paling berpengaruh pada profit yang akan kita dapatkan. Semakin besar profit dan market share suatu produk maka produk itu sendiri yang akan memilih investor untuk berinvestasi pada perusahaan.